KERAJAAN BAEKJE
Baekje adalah salah 1 kerajaan pada masa 3 kerajaan Korea. Wilayah kerajaan Baekje berada di sebelah barat daya semenanjung Korea pada tahun 16 S.M sampai 660 Masehi .
Kerajaan Baekje didirikan oleh raja Onjo, Putra ketiga dari pendiri kerajaan Goguryeo, Jumong dan So Seo No ( Istri ke 2 dari Jumong ). Pembentukan kerajaan Baekje terjadi dikarenakan pada saat Raja Jumong memilih Yuri ( Anak dari istri oertama dari Jumong) sbagai pewaris tahta, Ratu So Seo No pergi meninggalkan Goguryeo Bersama 2 putra dan pengikutnya menuju semenanjung korea. Disitulah ratu So Seo No mendirikan kerajaan Baekje dan Onjo sebagai raja .
* Selama pemerintahan kerajaan Baekje, ada 31 raja yang memerintah dari Raja Onjo ( 18 S.M – 28 M ) dan raja terakhir, Uija ( 641 – 660 )
Peta pada masa 3 Kerajaan Korea |
1. Struktur sosial dan politik
Pembentukan negara terpusat di Baekje biasanya ditelusuri pada masa pemerintahan Raja Goi, yang mungkin pertama kali membentuk *suksesi patrilineal. Klan Hae dan klan Jin adalah Klan yang memiliki kekuatan yang cukup besar dan berpengaruh dari periode awal Baekje, dan mereka menghasilkan banyak ratu selama beberapa generasi. Pegawai kantor kerajaan dibagi ke dalam 16 ranking, 6 orang anggota pertama dari ranking membentuk sebuah kabinet, dengan pemimpin dipilih setiap 6 tahun sekali. Menurut Samguk Yusa, selama periode Sabi, menteri utama (Jaesang) Baekje dipilih oleh sistem yang unik. Nama-nama beberapa kandidat ditempatkan di bawah batu (Cheonjeongdae) di dekat kuil Hoamsa. Setelah beberapa hari, batu itu dipindahkan dan kandidat yang namanya memiliki tanda tertentu terpilih sebagai menteri utama yang baru.
* Patrilineal adalah suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak ayah.
* Patrilineal adalah suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak ayah.
2. Bahasa dan budaya
Baekje didirikan oleh imigran dari Goguryeo yang berbicara bahasa Buyo, yang masih berhubungan dengan bahasa kerajaan Gojoseon dan Kerajaan Buyeo. Seniman Baekje mengadopsi budaya Tiongkok dan menyesuaikannya menjadi tradisi yang unik. Hasil karya seni Baekje sangat dipengaruhi oleh agama Buddha. Keindahan seni Baekje terlukis dalam Senyum Baekje yang terdapat pada banyak karya seni dan patung Buddha.
Gambar Duta besar Baekje |
3. Hubungan antar Tiongkok dan Jepang
Pada tahun 372, Baekje membayar upeti kepada Dinasti Jin dan Pada tahun 420, Baekje mengirim pedagang utk mencari barang dagang dan teknologi dari Dinasti Song. Baekje mengirimkan utusan ke Wei Utara pada tahun 472 untuk meminta bantuan untuk melawan Kerajaan Goguryeo.
Menurut buku sejarh Samguk Sagi, Baekje dan Silla mengirimkan pangeran mereka ke Wa (Jepang) sebagai sandera. Sebagai balasannya, Jepang memberi bantuan militer. Buku Klasik Nihon Shoki yang kontroversial menyebutkan bahwa permaisuri Jingu menerima upeti dan membangun aliansi dengan raja-raja Baekje, Silla, dan Goguryeo. Lebih jauh, Nihon Shoki juga menuliskan bahwa Konfederasi Gaya adalah permukiman Yamato. Namun, Tidak satupun catatan sejarah Korea atau Tiongkok yang pernah menyebutkan bahwa Yamato pernah menduduki Korea.
Pedang Chiljido yang diberikan Baelkje kepada Yamato |
4. Kejatuhan dan kebangkitan yang gagal
Pada than 660, tentara aliansi Silla dan Dinasti Tang menyerang Baekje. Kota Sabi jatuh ke tangan Silla, sementara Raja Uija dan putranya diasingkan ke Tiongkok. Beberapa anggota kerajaan lain melarikan diri ke Jepang. Sisa-sisa warga Baekje berupaya mengadakan pergerakan kebangkitan di dalam kekuasaan aliansi Silla dan Tang yang memiliki tentara mencapai 130.000 orang. Jenderal Boksin menunjuk pangeran Buyo Pung (putra Raja Uija yang selamat) sebagai raja baru Baekje. Baekje meminta pertolongan pada Pangeran Naka no Ōe (yang nanti menjadi Kaisar Tenji) dari Jepang. Pangeran Naka no Ōe mengirimkan Abe no Hirafu, seorang gubernur provinsi Koshi ke Baekje.
Pada tahun 663, sisa-sisa tentara Baekje bergabung dengan tentara Jepang dalam pertempuran di atas air melawan Silla dalam Perang Baekgang. Tang juga mengirimkan 7000 tentara dan 170 kapal perang. Baekje menderita kekalahan setelah terjadi 5 kali pertempuran di sungai Geum selama bulan Agustus tahun 663. Pertempuran ini memberi pukulan telak yang mengakhiri harapan untuk menghidupkan kembali kerajaan Baekje. Banyak orang Baekje melarikan diri ke Goguryeo atau Jepang. Keluarga kerajaan Baekje yang melarikan diri ke Jepang diberi peringkat dan gelar yang sama di pengadilan Yamato dan pengungsi Baekje yang non-kerajaan diberi status kewarganegaraan de facto atau status pengrajin khusus.
Sauce : -Wikipedia.org/wiki/Baekje.
-The Land of Scholars: Two Thousand Years of Korean Confucianism
- Wikipedia.org/wiki/Battle_of_Baekgang.
Komentar
Posting Komentar